Generasi Z, atau yang sering disebut juga dengan Generasi Milenial Muda, adalah kelompok generasi yang saat ini sedang menjadi sorotan di Indonesia. Sebagai kelompok penduduk terbesar di Indonesia, generasi Z memiliki potensi besar dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, dan sosial. Namun, di sisi lain, mereka juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Dalam perspektif sosial, Generasi Z dikenal sebagai generasi yang cair dan terbuka dalam berkomunikasi. Mereka lebih memilih menggunakan media sosial sebagai sarana berinteraksi dengan orang lain. Namun, hal ini juga membuat mereka rentan terhadap pengaruh negatif dari konten-konten yang tidak sehat. Selain itu, kebudayaan dan nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya juga menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.
Dalam perspektif ekonomi, Generasi Z adalah angkatan kerja yang kreatif, dinamis, dan mampu berpikir terbuka. Mereka lebih memilih pekerjaan lepas atau bekerja mandiri daripada bekerja dalam perusahaan besar. Namun, hal ini juga membuat mereka memerlukan keterampilan khusus dalam memanfaatkan teknologi dan mengelola keuangan secara mandiri.
Dalam perspektif politik, Generasi Z memiliki pengaruh besar dalam memobilisasi arah kebijakan publik. Mereka lebih aktif dalam mengkritik dan memperjuangkan hak-hak mereka di berbagai forum. Namun, hal ini juga membuat mereka rentan dipolitisasi oleh pihak tertentu dan terperangkap dalam narasi yang tidak sehat di media sosial.
Dalam perspektif ideologi, Generasi Z memiliki kemampuan untuk mengenal ideologi-ideologi secara terbuka dan cenderung berpindah-pindah haluan ideologis. Situasi ini juga dapat membuat mereka rentan mengalami peluruhan ideologis. Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan ideologi yang sehat dan terbuka untuk menghindarkan mereka dari pengaruh yang tidak sehat.
Dalam perspektif keagamaan, Generasi Z mendapatkan banyak pengetahuan agama melalui internet dan media sosial. Namun, informasi yang tidak valid dapat membuat mereka sulit membedakan informasi agama yang benar atau salah. Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan agama yang sehat dan kritis untuk menghindarkan mereka dari kesalahpahaman dan radikalisme.
Dalam konteks Muhammadiyah, Generasi Z memiliki peran penting dalam mengisi Organisasi Otonom (Ortom) seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Mereka juga melanjutkan pendidikan di lembaga pendidikan Muhammadiyah, baik di tingkat menengah maupun universitas. Oleh karena itu, Muhammadiyah harus memberikan perhatian khusus pada generasi Z agar kepentingan mereka juga diprioritaskan.
Sebagai angkatan muda yang aktif, mereka menjadi penggerak dalam mengimplementasikan program-program Muhammadiyah dan memperkuat jaringan di antara anggota organisasi. Ortom seperti IMM dan IPM juga menjadi wadah untuk generasi Z dalam mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas diri sebagai pemimpin masa depan.
Namun, tantangan yang dihadapi oleh generasi Z dalam konteks Muhammadiyah juga tidak sedikit. Seiring dengan perubahan zaman, Muhammadiyah juga harus terus beradaptasi dengan tuntutan kekinian, salah satunya adalah memahami gaya hidup generasi Z. Generasi ini lebih cenderung berkomunikasi melalui media sosial dan teknologi, sehingga Muhammadiyah harus memanfaatkan media sosial dan teknologi untuk mencapai generasi ini.
Selain itu, generasi Z juga rawan terpapar informasi yang salah atau berita bohong (hoax) yang tersebar luas melalui media sosial. Oleh karena itu, Muhammadiyah harus memainkan peran aktif dalam memberikan edukasi yang benar dan mengajarkan literasi digital pada generasi Z agar dapat membedakan informasi yang valid dan tidak.
Selain itu, Muhammadiyah juga harus memberikan perhatian khusus pada isu-isu yang menjadi perhatian generasi Z, seperti lingkungan hidup, hak asasi manusia, dan gender. Generasi Z cenderung memiliki kepedulian yang tinggi terhadap isu-isu tersebut dan Muhammadiyah harus bisa memberikan pandangan yang sejalan dengan nilai-nilai organisasi.
Dalam konteks pendidikan, Muhammadiyah juga harus mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar generasi Z. Generasi ini lebih cenderung belajar secara visual dan interaktif, sehingga Muhammadiyah harus memanfaatkan teknologi dan metode pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam rangka menjaga keberlanjutan organisasi, Muhammadiyah juga harus memberikan ruang bagi generasi Z untuk mengembangkan diri dan memperkuat jaringan di antara sesama anggota organisasi. Melalui program-program pengembangan kepemimpinan dan pelatihan, generasi Z dapat memperluas wawasan dan meningkatkan kualitas diri sebagai pemimpin masa depan.
Dalam kesimpulannya, generasi Z memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keberlanjutan Muhammadiyah. Sebagai angkatan muda yang kreatif dan dinamis, mereka menjadi penggerak dalam mengimplementasikan program-program Muhammadiyah dan memperkuat jaringan di antara anggota organisasi. Namun, Muhammadiyah juga harus terus beradaptasi dengan tuntutan kekinian dan memberikan perhatian khusus pada isu-isu yang menjadi perhatian generasi Z.
Penulis : Rifqy Iza Fahrizal (Kabid Perkaderan PC IPM Solokuro Periode 2021-2023)
0 Komentar