Sepagi
ini, Pukul enam lebih dua puluh menit aku melajuhi sepeda bekas yang bisa
dibilang masih untung bisa dipakai,
aku dengan berseragam rapi ala pelajar menuju sekolahan, situasi perjalanan
yang kulewati pagi senin ini tidak
terlalu ramai. Namun hanya ada kegaduhan dipikiran kepalaku, tersungkur rasa
was was dihati ini, namun mencoba
untuk terus menenangkan diri, aku yakin sesuatu yang mengancam asumsi pikiranku
belum tentu akan terjadi benar kan?
Seperti jatuh dari ketinggian yang berujung menyakitkan, sederhana
namun menggores kekecewan dalam diri, sesulit
ini kah permasalahannya? Hingga hingga harus menelan ludah tiada henti yang
bercampur kepanikan. Mentalku
hambur ketika sosok seorang
guru yang memegang
mata pelajaran Pancasila
mulai berjalan menuju meja guru
yang berada didepanku, “kali ini saya tidak akan mentoleransi bagi kalian yang tidak mengerjakan tugas PR dari saya, sejak tugas awal sudah berkali
kali saya menerima
alasan, dan kali ini saya tidak akan mengulangi hal yang sama dengan kemarin!!!”
Bagaimana
bisa tenang jika sosok guru yang tadinya lemah lembut berubah menjadi sosok
yang tegas dan hampir dibilang
killer oleh teman teman kelas? Akhirnya perasaan yang bercampur aduk ini telah
dipecahkan oleh suara salah satu
teman kelas, dengan lancangnya berdiri sambil melentangkan suara wibawanya yang
berhasil membuat teman sekelas
untuk mengalihkan pandangannya, “pak, saya akan mengerjakan tugas saya jika negara kita sudah benar benar terbebas dari yang namanya
kemiskinan!” alamak, makin mengancam bapaknya nih anak, bukan namanya andre jika seorang tidak pemberani, bahkan
dia pernah memberanikan diri berhadapan dengan kepala
sekolah untuk dijadikan
lawan debat soal kenaikan SPP Sekolah. “andre, menurut
kamu memang bisa negara kita terbebas
dari kemiskinan? Ingat!! Negara kita itu berkembang, jadi terima aja
kenyataannya!!”, pak guru mulai mengangkat tanggepannya soal pertanyaan andre.
Selama perjalanan pulang
pikiran saya teringat
sama omongan andre kepada pak yusuf yaitu guru Pancasila, begitu menarik
pertanyaan si andre, lantas aku kepikiran untuk mengundang andre untuk
berdiskusi dengan dia sambil meniukmati
kopi malam yang didampingi dengan angin malam yang menghanyutkan rindu. “ndre, menurutmu jawaban pak yusuf tadi menjawab gak sih?”, rasa penasaranku
dengan isi kepala andre pun muncul, “belum
puas dengan jawabannya” jawaba
andre, sambil meneduh sehirup kopi hitam manis didepannya, “terus jawaban apa yang bisa
membuatmu puas?”, tatapan mata andre pun mulai main denganku yang semakin
membuatku bingung dengan sendirinya, “menurutmu, apakah seorang pemulung,
pengemis, pengamen, itu semua sejauh ini pernah dianggap gak sama pemerintah? Bahkan sama sesama masyarakatnya
aja nggak dianggap bagaimana bisa mereka merasakan merdeka? yang mencari
sesuap nasi aja dengan tulang
punggung yang semakin
di banting abis
abisan sama kehidupan!!”, bagaimana bisa aku menjawab
pertanyaan andre yang di lontarkan kepadaku sedangkan muka si andre sudah semakin serius. “coba lu pikir ada berapa juta sih penduduk
Indonesia yang hampir tidak memiliki tempat
tinggal?” suara serius si andre, alamak semakin malam
semakin tinggi isi kepala
si andre.
Dulu sekali, waktu SD ketika kemalasanku melanda dan mulai ada rasa bodo amat terhadap sesuatu, sungguh jika diingat ingat lagi terdapat kenakalan pada diriku, terkadang kedua orang tuaku pun jengkel sendiri dengan sikapku waktu itu, yang susah dikendalikan, namun sekarang aku tidak lagi seperti dulu yang cukup merugikan banyak orang, perkara teman sekelas aku si andre yang berhasil merubah semua itu pada diriku, yang mulai membuka pikiranku terhadap kepedulian negaraku, yang dulu nya aku sangat kekanak kanakan dan sangat awam untuk memahami pemikiran Pancasila, banyak sekali perkataan andre yang mulai ku pahami perlahan lahan, sehingga
membebaskanku
dari zona nyaman yang bisa dibilang tidak jelas. Dulu aku bebas, saking
bebasnya aku sering mengalami masalah
dengan orang lain, sampai sampai memusingkan kepala karena tidak dapat
menyelesaikan masalahku sendiri.
“seorang pelajar harus mulai
peduli dengan makna kemerdekaan yang sesungguhnya” ucap
seorang bijak yaitu andre, sekarang
saya mulai sering ngopi bareng dengan andre yang
bahkan setiap tengah malam pasti kita mnegangkat
topik yang berbeda beda, tapi tidak lepas pasti kita barengi dengan kelucuan
sehingga tidak monoton pembahasan
yang berat. “selalu menjadi yang terbaik
itu tidak perlu, tetapi selalu berusaha menjadikan orang lain untuk melangkah lebih baik lagi itu sangat diperliukan”, sangat
membekas dalam hati apa yang diucapkan oleh
andre yang bahkan setiap kali apa yang diucapkan oleh andre pasti sangat
berbobot bagiku. kerennn!! Kita memiliki idola yang sama dengan sosok inspirator bagi para pemuda yaitu bang manik marganamahendra seorang
ketua BEM UI yang kita tonton bareng video yang sangat menginspirasi,
dan ada permasalahan yang sempet membekas
pada diri kita, yaitu salah satu permasalahan yang ada dinegaraku yaitu
tepatnya di daerah papua barat asli papua,
dari kelas pekerja
dan yang lebih
parahnya dia adalah seorang
perempuan, yang dicemooh
oleh sebuah sistem,
oleh struktur sosial yang
pada akhirmya menghilangkan privilage, yang lebih menekankan seorang perempuan
yang tinggal dipapua barat dan pada akhirnya masyarakat masyarakat adat lalu perempuan dan kemudian
tinggal didaerah pelosok yang tidak mendapatkan akses yang sama dengan kita,
yang hal ini seringkali jika dilihat
faktanya bahwa kongres
perempuan mengatakan satu harinya ada 8 wanita
yang diperkosa diindonesia. Sangat mengerikan, bagaimana bisa kita memaknai arti
kemerdekaan yang sesungguhnya di negara kita sendiri, bagaimana peran
pemerintahan terhadap permasalahan yang terjadi di Negara?
Kantukku semakin
memuncak ketika mulai nonton bareng Bersama andre mengenai film perjuanagn, utung saja si andre selalu mengajak ngobrol
di sela sela permainan film yang kita tonton. Jika tidak diajak ngobrol mungkin
aku
sudah tertidur
lenyap disamping andre
dengan mimpi yang indah, entah kenapa aku selalu betah jika diajak
ngobrol sama andre mungkin
kaarena seni omongan dia yang terlihat berbeda dengan lainnya. Tak banyak
percakaapan malam ini karena si andre
yang terlalu fokus dengan film perjuanagn pahlawan yang berujung kemerdekaan,
dia memilih film yang durasinya
hampir 2 jam, segera aku mengambil secangkir kopi hitam sebagai obat penghalang kantukku. Masih banyak deretan film yang masuk ke list an si andre yang bakal ditonton
lagi jika ada waktu kosong,
dibenaknya masih belum puas jika hanya menonton
satu film saja. sehingga apa yang menjadi
film favorit pemuda
sekarang tidak diperdulikan lagi oleh si andre. Detik waktu teringat,
entah kenapa si andre senang sekali melihat film
yang berkedok nasionalisme, bahkan pernah aku kerumahnya terdapat banyak buku
buku literasi yang mengangkat tokoh
tokoh pahlawan. Dia sempet mengajakku untuk membedah salah satu buku yang
membahas tentang kemerdekaan, namun aku pun menolaknya mungkin
karena aku yang belum
pernah sama sekali
membaca buku buku itu, mungkin
sejak itu dia mulai malas
untuk mengajakku lagi. Dikala kesibukannya sebagai pelajar dia juga menyempatkan waktu untuk membaca buku literasi yang membahas terkait
isu isu.
Sudah
sempat tertangkap pesan dari film yang ditonton oleh andre semalam, dengan
memberikan tanggapan kepadaku mengenai
pahit manisnya film perjuangan kemerdekaan. Sungguh memberikan energi yang
positif dari pesan film semalam
yang dapat mengubah hidup anak muda zaman sekarang. Merah putih,, yaa itulah judul film yang kita tonton semalam dan berhasil membuat
andre meneteskan air mata berkali
kali. Bagiku begitu tersentuhnya
ke hati andre jika diingat ingat perjuangan sang merah putih waktu dulu.
Mungkin terdapat berjuta komentar dari andre terhadap
realisasi kemerdekaan di negara kita saat ini dengan film merah putih
itu, namun lagi lagi aku masih belum bisa membaca
pikiran dia.
Hari ini pernuh dengan
keramaian, ada yang memutar musik
kemerdekaan, ada yang berpenampilan ala pahlawan, ada yang mengangkat tema suku dari budaya masing
masing dan masih banyak lagi yang beragam
lainnya.
Parasnya wajah mereka yang dicat penuh dengan
warna identitas kemerdekaan yaitu merah putih,
dan yang menaiki
mobil bak dengan memberikan support kemerdekaan. Namun, walaupun menaiki
mobil bak mereka membakar semangat merah
putih dengan berpidato ala pidato bapak Ir. Soekarno waktu kemerdekaan. Yang
mereka dengan asiknya memainkan nada
dan ekspresi sehingga mengingatkan kepada pahlawan kita yang berjuang mati
matian demi negara kita.
Semua
warga turun ke jalan ikut meramaikan hari kemerdekaan, dari yang anak kecil
hingga ibu/bapak yang semangatnya
masih terbakar. Memberikan semnagat 45 yang luar biasa dan patut di contoh oleh
anak muda yang masih bermalas
malasan. Semoga rasa kemerdekaannya tidak hanya pada hari itu saja, tetapi bisa
tertanam terus menerus dialam hati,
Dan bisa membela kemerdekaan sampai kapanpun, Selalu memberikan yang terbaik
untuk negara.
Seorang
pelajar yang masih mampu dibiayai oleh orang tuanya, yang masih bisa mrasakan
bangku sekolahan. Namun Bagaiumana
dengan kondisi mereka yang sangat menginginkan untuk bisa merasakan pelajaran
didalam kelas tetapi mereka tertahan
karena kondisi orang tuanya yang
masih kurang mampu untuk
mengeluartkan uangnya. Dari kejauhan,
terlihat serang pemuda yang melihat sosok anak seumuran SD duduk di seberang sekolahan
sambil merenungi sesuatu,
pemuda itu memandangi anak kecil itu dengan penuh
tanya. Sedang apa anak itu? Batinnya. Akhirnya Pemuda mendekati
anak kecil itu, semakin mendekat ternyata anak kecil itu meneteskan air mata. Pemuda
itu mulai ditarik
oleh sayu mata anak kecil itu, mata yang sedikit
kecoklatan yang terlihat
penuh dengan pemaknaan.
Tess.. tesss.. ia terkejut semakin deras air mata yang mengalir dari mata seorang anak itu, ia terpana dengan tangisan air mata anak kecil itu walaupun tak bisa ditahan lagi, pemuda itu berpikir bahwa ada rasa pahit yang dipendam
oleh si anak kecil itu. “kenapa
dek” ucap si wildan yaitu pemuda
yang mendekati sosok anak kecil itu, “aku tidak
apa apa” jawab anak kecil itu sambil menyeka air matanya yang
menetes.”sedang apa kamu disini, dan
kenapa kamu menangis?” ujar si
wildan, ternyata anak kecil itu adalah sosok seorang anak yang ingin merasakan
sekolah sama seperti anak anak yang
lainnya, namun terhalang oleh ekonomi orang tuanya yang masih dibawah. Lantas, bagaimana dengan kita yang sudah
mendapatkan hak sebagai seorang pelajar yang sah, dan masih mendapatkan kesempatan untuk merasakan belajar
bareng dengan teman
lainnya namun menyepelakan peluang itu semua?
Mari kita renungkan
Bersama dengan mengimplementasikan peran pelajar untuk negara tercinta.
Nama : Minchatur robiah
Asal : PR IPM Desa Solokuro
Judul : Telaah Peran Pelajar Dalam Implementasi Karakter Cinta Tanah Air
0 Komentar