Sang surya berdiri gagah di tengah langit yang cerah. Sinarnya menerobos jendela
kamar Venan, seorang remaja berusia 15 tahun yang sekarang menangis di antara sepi,
setelah menyadari bahwa negaranya tak ubahahnya sapi perah untuh Negara lain. Dan sialnya
ia sekarang berada di sekolah yang menjadi salah satu tempat negara lain itu memanfaatkan
kepolosan pelajar-pelajan Indonesia. Batavia International School, sekolah mewah yang
memberikan fasilitas luar biasa untuk para siswanya namun memiliki maksud terselubung di
dalamnya
"Setelah 77 tahun dibacakannya teks proklamasi, apakah rakyat Indonesia belum bisa
merasakan kedaulatan yang sesungguhnya.?" Venan bergeming di antara tangisnya.
***
"Selamat anda diterima di sekolah Batavia International School" Ucap kepala sekolah
Venan.
Saat itu Venan memenuhi surat panggilan yang dikirim pihak sekolah ke rumahnya. Ia
masuk ruang kepala sekolah bersama orang tuanya. Kakinya gemetar, ekspresi wajahnya
campur aduk, senang dan haru. Akhirnya apa yang dia impikan sejak duduk di bangku SMP
bisa ia raih. Yakni melanjutkan jenjang SMAnya di sekolah paling bergengsi di Jakarta.
"Iya, terimakasih Pak, saya akan belajar dengan sungguh-sungguh" Jawab Venan
sumringah.
***
Hari in Venan yang awalnya masuk sekolah dengan perasaan senang, tiba-tiba muncul
perasaan aneh yang menghantuinya. Bersekolah di tempat ini adalah hal yang luar biasa,
namun kenapa ia tak melihat perasaan senang itu juga dimuka teman-temanya. Venan
mecoba menegur temannya, berusaha mencari informasi yang sebenarnya.
“Aldo, apakah ada yang tidak aku ketahui, kenapa kau tidak menunjukkan ekspresi
senang hari ini?” Tanya Venan kepada teman sekelasnya.
“Apakah aku bisa senang ketika harus menghianati negeriku sendiri?” Ujar Aldo
dengan ekspresi kacau.
“Apa maksudmu?” Tanya Venan bingung.
“Kita di sini hanya dijadikan sebagai alat. Kita disini hanya disiapkan untuk menjadi
penghianat negeri.” Jelas Aldo.
“Ha? aku tidak mengerti maksudmu.” Venan semakin bingung dengan penjelasan Aldo.
“Kita di sini dipaksa untuk menyiapkan teknologi penyiksa rakyat Venan.!!!” Lanjut
Aldo dengan wajah penuh emosi. Urat wajahnya menujukkan rasa gelisah, takut, dan juga
marah.
Bagaimana bisa ia baru mengetahuinya sekarang. Bagaimana bisa sekolah impiannya
tiba-tiba menjelma menjadi penjara untuknya.
“Dan jika kau gagal membuat teknologi itu, maka kau harus menjadi bagian dari uji
coba alat penyiksaan tersebut.” Lanjut Aldo dengan wajah penuh keputusasaan.
***
Semenjak itu Venan mencoba membebaskan teman-temannya yang gagal dengan
berbagai cara, namun tak berhasil. Ia berusaha membuat teknologi yang diharapkan bisa ia
tukar dengan kebebasan teman-temnnya yang disekap. Namun ternyata ia hanya dibohongi,
penemuannya diambil namun tak satu pun temannya dibebaskan.
“AAHHKKKHHH” Venan putus asa, ia menyesali keputusannya sendiri. Ia berteriak
sejadi-jadinya.
***
"Venan... Bangun... Kamu kenapa Ven?” Aldo menggoyang-goyangkan tubuh Venan
yang terbaring di ranjang asramanya.
Venan mengerjapkan matanya, peluh membasahi wajahnya, ia berusaha memahami
situasinya sekarang.
“Kau selamat Aldo?” Tanya Venan bingung. Tapi yang ditanya jauh lebih bingung.
“Sepertinya kau habis mimpi Venan. Aku tadi disuruh guru untuk melihat kondisimu.
Kau tadi izin ke asrama, tapi setelah setengah jam belum kembali. Wajahmu pucat,
istirahatlah, sepertinya kau sakit.” Aldo mencoba menenangkan.
“Ah, untung hanya mimpi, kau tahu? aku tadi bermimpi harus berjuang membebaskan
seluruh siswa dari sekolah ini.” Venan mencoba menjelaskan singkat.
“Venan... Venan, bangsa ini telah merdeka 77 tahun yang lalu. Kita memang harus
terus berjuang, tetapi bentuk perjuangannya tentu bukan lagi mengangkat senjata. Termasuk
kita sekolah di sini pun juga bentuk perjuangan kita. Menjadi kader penerus yang
mempertahankan kedaulatan bangsa.” Ujar Aldo dengan senyum yang tersungging di
wajahnya.
“Iya Aldo, perjuangan bangsa ini belum selesai. Dan kitalah yang harus berjuang
sekarang.” Lanjut Venan dengan senyum tipisnya.
Nama : Azwa Na`illah Auwaliyah N.
Judul : Pejuangan Kita Belum Selesai
Asal : PR IPM MTs M 07 Takerharjo
0 Komentar