Nikmat yang kita terima itu, kita pasti tidak akan dapat menghitungnya, maka harus diyakini bahwa hal itu merupakan bukti kemurahan dan kasih sayang Allah kepada semua makhluk. Nikmat yang kita terima itu wajib diyakini bahwa tidak ada yang melimpahkannya selain Allah swt. Setelah meyakini, kita wajib menyatakan rasa syukur sedalam dalamnya.
Pandai bersyukur merupakan salah satu akhlak terpuji yang harus senantiasa kita jaga dalam perilaku sehari-hari, sehingga kita akan mendapatkan tambahan kenikmatan sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah swt dalam firman-nya. Kalau kita mengingkari (kufur) atas nikmat-Nya, Allah akan menurunkan siksa (Azab) yang pedih.
Apabila kita segera menyadari bahwa kita baru saja mendapat kenikmatan dari Allah swt. Maka ucapan terimakasih kepada Allah akan segera terucap pula. Hal itu memberi pemahaman bahwa syukur dapat dilaksanakan kapan pun dan dimana pun.
Juga untuk mempermudah lisan dan hati kita mengucapkan syukur maka setiap hari kita harus merenungkan betapa banyak anugerah yang telah kita terima sehingga mudah bagi kita untuk bersyukur. Dengan demikian Allah akan memenuhi janjinya untuk menambah nikmat kepada kita.
Syukur sendiri dapat kita bagi menjadi dua macam: Pertama, syukur lisan. Syukur dengan lisan artinya mengakui secara lisan bahwa segala kenikmatan itu datangnya dari Allah semata. Sedangkan, syukur hati artinya hati kita terdorong untuk menyadari bahwa segala kenikmatan yang kita terima datangnya dari Allah Semata.
Kedua, syukur perbuatan. Syukur dengan perbuatan yaitu diwujudkan dengan mempergunakan kenikmatan dari Allah itu pada bentuk peribadatan lain yang diridhoi dan diperintahkan oleh Allah.
--------------------------------------------
Naili Ailiya AyuniAlumni PDPM 1 PC IPM Solokuro 2021
0 Komentar