Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa sampah
plastik bertambah di tengah pembatasan sosial. Alasannya, sebagian
besar masyarakat melakukan belanja online yang pengemasannya
menggunakan plastik. Hal tersebut terungkap berdasarkan riset LIPI
pada medio April-Mei 2020."96 persen paket
belanja online ini menggunakan sampah plastik," kata Kasubdit
Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah Ditjen PSLB3 KLHK, Ujang
Solihin Sidik, dalam Diskusi Daring Jurnalis: Pandemi Covid-19 dan
Ekonomi Sirkular, Jakarta, Senin Hal ini sejalan dengan meningkatnya transaksi
belanja online berbentuk paket meningkat 62 persen. Sedangkan
belanja online berbentuk layanan antar makanan siap saji naik 47
persen.Dilihat dari frekuensinya, belanja online selama masa pandemi
naik menjadi 1-10 kali dalam sebelum dari sebelumnya hanya 1-5 kali per bulan.Akibat
dari peningkatan bisnis toko online ini berdampak langsung pada
peningkatan jumlah sampah palstik di rumah tangga. Sebab adanya penggunaan
kemasan, pembungkus, bubble wrap dan kantong plastik saat pengemasan produk
yang dibeli."Kalau belanja online kan pakai
plastik, bubble wrap, belum lagi pakai selotip yang banyak," kata
dia.
“Sampah
di TPA”
Jumlah
sampah di TPA area juga mengalami peningkatan. Hal ini berbanding terbalik
dengan kondisi TPA Bantargebang yang menurun. Ujang menduga kondisi ini dipicu
akibat penurunan aktivitas di Jakarta selama pandemi berlangsung.
"Di TPA Bantargebang menurun, tetpi polanya mirip sampai medis yang meningkat. Diduga ini karena aktivitas bisnis di Jakarta yang juga menurun selama pandemi," kata dia.Di sisi lain, sampah yang masuk ke teluk Jakarta terpantau mengalami penurunan. Sebaliknya terjadi peningkatan sampah medis berupa masker sekali pakai sampai hazmat suit.Allif Kurnia Lestari, Ahmad Subkhi
0 Komentar